Sabtu, 14 Januari 2012

Umat Paroki Menyongsong Perayaan Natal


By: P. Hero OFM Cap
               Dalam rangka menyonsong perayaan Natal, umat Katolik mengawalinya dengan masa liturgi yang disebut masa Adven. Adven dari kata latin, Adventus secara etimologis berasal dari “ad venire” berarti “datang pada...” atau “menuju ke..”.  Sederhananya, Adven berarti masa persiapan menuju pada suatu perayaan, yakni perayaan Natal, kelahiran Yesus Kristus. Itulah makna Adven. Makna lain adalah persiapan atau penantian kedatangan Tuhan kembali. Itulah sebabnya warna Liturgi masa Adven ini adalah ungu. Warna ini punya makna simbolis: permenungan, penantian dalam suasana waspada tetapi sekaligus bergembira dan berpengharapan.
               Dalam rangka mempersiapkan diri menyonsong perayaan Natal tersebut, paroki Salib Suci Ngabang mengawalinya dengan mengadakan pertemuan para pengurus umat separoki. Pertemuan tersebut dilaksanakan pada tanggal 24 November 2011 di wisma paroki. Pastor paroki Salib Suci, Ngabang, Pastor Yordanus Herman Ahie OFM Cap, sebagai pembicara tunggal, sangat mengharapakan agar para pengurus umat stasi sungguh-sungguh mempersiapkan Adven dan Natal dengan baik agar masing-masing perayaan itu sungguh terasa maknanya.
Paroki Salib Suci Ngabang juga memiliki kebiasaan baik dalam menjalani masa Adven ini. Dari pusat paroki dibentuk team doa Adven. Team doa tahun ini dibagi dalam 27 kelompok. Masing-masing kelompok doa terdiri dari 5-6 orang awam. Mereka pergi merasul (mengunjungi umat di stasi-stasi). Mereka bertugas memimpin ibadat, memberi renungan dan memimpin dalam membawakan lagu-lagu selama ibadat berlangsung. Dan jika memungkinkan, mereka juga mengajari umat agar bisa menyanyikan lagu-lagu adven dengan baik. Inilah bentuk perhatian nyata umat pusat paroki terhadap umat-umat di stasi, yakni berbagi apa yang dimiliki: tenaga, pikiran, waktu dan terlebih cita rasa religius atau pengalaman rohani diri. Tujuannya, agar sumbu religiositas umat di stasi tetap menyala. Dengan demikian, secara perlahan tetapi pasti, umat paroki telah menjalani tema Sinode Keuskupan Agung Pontianak beberapa bulan yang lalu, yakni “Gereja Sebagai Sebuah Keluarga”. Dalam kebersamaan sebagai keluarga itu, umat bergerak maju untuk mencapai kesejahteraan bersama, baik jasmani tetapi terlebih rohaninya demi menuju tanah terjanji, Yerusalem surgawi.
Mendekati natal, keaktifan meningkat. Di pusat paroki, koor untuk memeriahkan perayaan liturgi natal disiapkan antaralain oleh kelompok koor umum, OMK (Orang Muda Katolik) dan anak-anak. Latihan-latihan koor itu semakin intensif. OMK, misalnya seminggu terakhir ini hampir tiap hari mereka datang ke Gereja untuk latihan koor. Keaktifan meningkat, karena masing-masing mempunyai tanggungjawab dalam menganimasi Liturgi Natal. Seksi dekorasi gereja juga sedang giat bekerja mendekorasi gereja, membuat kandang Natal dan menambah aksesoris lampu-lampu. Sementara seksi perlengkapan juga sedang bergiat dalam memasang dan mendirikan tenda di depan dan samping Gereja. Kapasitas Gereja pusat paroki sekitar seribu orang. Kendati demikian tetap tidak dapat menampung tingginya animo umat yang akan hadir pada perayaan Natal nanti. Karena itu, tenda-tenda tersebut perlu didirikan.
Tidak kalah bergiat, umat-umat di stasi juga sedang sibuk dalam mempersiapkan perayaan Natal. Di beberapa stasi misalnya, ada juga kelompok-kelompok yang sedang giat berlatih lagu-lagu untuk menyemarakkan perayaan Natal. Di tempat lain, ada stasi yang mengundang stasi-stasi lain untuk ikut pertandingan volley dalam rangka menyambut Natal tersebut. Suasana menuju pada perayaan Natal pun semakin kentara dengan mencermati gereja-gereja stasi yang mulai didekorasi, ada kandang natal, pohon natal dan pernik-pernik natal lainnya. Hari-hari ini bahkan lagu-lagu natal sudah berkumandang melalui pemutaran CD dan tape recorder.
Di satu sisi ada rasa bahagia melihat antusiame umat dalam menyonsong perayaan Natal, tetapi di sisi lain, dalam kesempatan berkunjung ke stasi-stasi, Pastor Hero OFM Cap, pastor rekan di Paroki Salib Suci Ngabang, tetap mengingatkan umat untuk tidak sekedar mempersiapkan perayaan lahiriah semata, melainkan lebih dari itu adalah sungguh-sungguh mempersiapkan hati, batin dan kesucian diri untuk merayakan peristiwa agung tersebut. Karena Tuhan lahir tidak dalam kemewahan dan semarak dunia, melainkan dalam kesederhanaan. Ia lahir dalam kandang dan dibaringkan di palungan. Itulah cara Allah mendekati dan berhubungan dengan manusia. Itulah tindakan nyata Allah dalam bersolider dengan manusia ciptaan-Nya. Semoga makna inilah yang ditangkap oleh seluruh umat yang merayakannya, agar dengan demikian, di dalam diri setiap umat semakin tumbuh sikap rendah hati, terbuka dan berdamai serta bersolider juga dengan semua orang. Siiiiiip,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar